Senin, 21 Februari 2011

My... first notes,.

JAFAR SHODIQ. Perencanaan Kampung  Berbasis Lingkungan (Ecovillage) di Kawasan Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon Banten (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten). Di bawah bimbingan Siti Nurisjah.


Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) adalah salah satu Taman Nasional yang ada di Indonesia dan merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa bagian barat, serta merupakan habitat terakhir bagi kelangsungan hidup satwa langka badak jawa (Rhinoceros sondanicus). Ujung Kulon ditetapkan menjadi Taman Nasional pada tanggal 26 Pebruari 1992, melalui SK Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992, dengan luas keseluruhan 120.551 ha, yang sebelumnya sebagian wilayah TNUK ini termasuk wilayah Perhutani. Perubahan tersebut tentunya memberikan pengaruh terhadap kehidupan penduduk desa yang telah ada pada kawasan maupun sekitar kawasan sebelum ditetapkan sebagai Taman Nasional. Kawasan yang berada atau bersinggungan langsung dengan TNUK dikenal sebagai kawasan penyangga.
Untuk mengatasi permasalahan yang dapat menurunkan kualitas dari fungsi TNUK adalah dengan meningkatkan peran dari kawasan penyangga. Salah satu kampung di desa Taman Jaya yakni kampung Cimenteng akan direncanakan sebagai model kampung yang ekologis atau dikenal dengan istilah ecovillage. Dengan merencanakan kampung Cimenteng ini sebagai kampung berbasis ekologis, selain dapat meningkatkan produktivitas sumber daya yang tersedia juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini selanjutnya diharapkan dapat meminimalisir serta mencegah terjadinya gangguan terhadap kawasan TNUK.
Studi ini bertujuan mengidentifikasi tatanan bio-fisik tapak dan tatanan sosial-ekonomi masyarakat, menganalisis dan mendeskripsikan hubungan antara tatanan bio-fisik tapak dan tatanan sosial-ekonomi masyarakat dan pengaruhnya terhadap TNUK dan selanjutnya merencanakan ecovillage. Studi dilakukan di kampung Cimenteng desa Taman Jaya, kecamatan Sumur, wilayah kabupaten Pandeglang, propinsi Banten yang termasuk dalam kawasan penyangga TNUK mulai bulan Juni 2008 sampai dengan September 2008. Studi ini dibatasi sampai dengan produk arsitektur lanskap berbentuk rencana lanskap (landscape plan) kampung Cimenteng di desa Taman Jaya sebagai model kampung berbasis lingkungan (ecovillage).
Tahapan perencanaan terdiri dari persiapan, pengumpulan data, analisis kemudian dilakukan sintesis mengenai kesesuaian tapak terhadap konsep yang akan dikembangkan, dilanjutkan dengan perencanaan ecovillage. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif maupun kuantitatif mengenai ketersediaan sumber daya alam dan mengenai pola kehidupan masyarakat lokal serta hubungan antara keduanya melalui pendekatan ketersediaan pangan utama yakni beras. Penataan lahan dilakukan dengan pendekatan terhadap konservasi lahan dengan menggunakan tanaman-tanaman yang sesuai dengan kondisi alami atau tanaman eksisting yang telah ada dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Data yang digunakan adalah tatanan bio-fisik tapak yang meliputi data tata letak kampung, bentukan lahan (topografi dan kemiringan) dan tata guna lahan, sedangkan tatanan sosial-ekonomi masyarakat meliputi data sejarah kawasan, kependudukan, pola kehidupan masyarakat yang terkait dengan pola bahan pangan utama dan pertanian. Data terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dan hasil wawancara terstruktur dengan masyarakat lokal dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi pustaka, laporan-laporan kegiatan dan informasi dari dinas terkait.
            Kampung Cimenteng merupakan salah satu kampung dari desa Taman Jaya yang merupakan desa penyangga dan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Tata guna lahan kampung Cimenteng sebagian besar berbasis kegiatan pertanian dan sebagian lahan-lahan persawahan kampung ini  masuk dalam kawasan TNUK. Kampung ini memiliki karakteristik lahan yang relatif datar sampai perbukitan dengan kondisi tanah yang miskin hara serta rentan erosi, sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk perbaikan kesuburan dan konservasi lahan tersebut. Kampung ini memiliki kondisi iklim yang nyaman tetapi radiasi matahari cukup tinggi sehingga diperlukan pepohonan untuk mereduksinya, terutama di lingkungan permukiman dan jalur-jalur jalan. Selain itu kampung ini memiliki kondisi hidrologinya cukup baik dan sangat mendukung kegiatan pertanian.
            Masyarakat kampung Cimenteng memiliki ikatan sosial yang tinggi, yang dapat diamati dari hubungan kekerabatan, struktur, organisasi masyarakat dan pola pemukiman tradisional yang masih terjaga. Tetapi tingkat pendidikan masyarakat di kampung ini sangat rendah dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kondisi ini berdampak terhadap tingkat pendapatan dan kesejahteraannya yang rendah, walau hasil pertanian (291.24 ton/tahun) sudah melebihi kebutuhan pangan (17.52 ton/tahun).
            Tingkat kesejahteraan masyarakat kampung Cimenteng merupakan salah satu faktor utama dalam menjaga dan mengendalikan keberlangsungan dari kehidupannya. Karena umumnya kehidupan mereka bertumpu pada bidang pertanian tentunya berkaitan erat dengan cara pengolahan lahan, maka kesuburan tanah dan efisiensi penggunaan lahan merupakan tindakan yang dapat direncanakan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dukungan kesejahteraan masyarakat ini selanjutnya akan berdampak positif terhadap kelestarian kampung sebagai kampung tradisional dan juga dalam keberlangsungan TNUK. Rencana yang dilakukan adalah dengan penataan sumber daya lahan yang terdapat di kampung Cimenteng secara optimal untuk dapat meningkatkan pendapatan penduduk melalui kecukupan pangan serta memiliki fungsi sebagai konservasi tanah dan air.
Hasil perencanaan lanskap membentuk suatu tatanan lanskap ecovillage yang dapat meningkatkan peluang untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat lokal melalui program kegiatan pertanian dan kehutanan, serta pada saat yang bersamaan juga meningkatkan perlindungan terhadap tanah dan air. Kegiatan pertanian dan kehutanan dilakukan dengan merencanakan penanaman komoditi-komoditi yang bernilai ekonomi dan umum ditanam oleh masyarakat lokal. Perlindungan tehadap tanah dan air dilakukan dengan cara penanaman dengan sistem wanatani dan terasering terutama di daerah perbukitan yang saat ini kurang intensif dan kurang efisisen dalam pemanfaatannya. Melalui rencana penataan lanskap ini diharapkan kesejahteraan masyarakat lokal akan meningkat dan gangguan terhadap kawasan TNUK akan berkurang, terutama dengan adanya persawahan dalam TNUK ini. 
 Kegiatan studi perencanaan ecovillage ini dilakukan selama empat bulan efektif, terhitung dari bulan Juni 2008 sampai dengan September 2008